Maria Renny K, S.Psi, M.Psi, Psikolog

Sebagian orang tua menganggap pendidikan seks vulgar atau tabu dan tidak memberikannya kepada anak. Padahal, pendidikan seks sangat penting untuk perkembangan anak. Pendidikan seks mencegah anak menjadi korban kejahatan atau pelecehan seksual, yang justru sering dilakukan oleh orang yang tidak disangka, yaitu orangtua kandung/tiri, saudara, guru, atau teman/kenalan. Pendidikan seks juga penting agar anak memiliki persepsi seksualitas yang benar dan tidak terjebak dalam perilaku seks yang berdampak negatif pada kesehatan dan psikologisnya.
Bila terpapar pornografi dalam DVD, majalah, internet atau televisi, anak yang tidak paham mengenai seksualitasnya mudah terjebak dalam hubungan seks di luar nikah, kehamilan tidak diinginkan, atau penularan penyakit melalui hubungan seksual termasuk HIV/AIDS.
Pendidikan seks meliputi penjelasan mengenai perbedaan lawan jenis, organ seks laki-laki dan perempuan, cara menghindari pelecehan seksual, asal usul anak, dan persiapan menghadapi pubertas yang dilakukan dengan diskusi sesuai kemampuan berbicara dan berpikir anak agar dapat ditangkap dengan baik. Diskusi dimulai dengan percakapan ringan, terbuka dan jujur sehingga anak merasa aman dan nyaman. Saat anak melontarkan pertanyaan mengenai seks, orangtua tidak menjawab dengan perandaian yang membuat anak semakin bingung.
Bagaimana contoh pendidikan seks untuk mencegah kejahatan atau pelecehan seksual pada anak? Anak diajari pentingnya menjaga diri dan berhati-hati terhadap sentuhan yang mengarah ke pelecehan seksual, seperti mengelus, meremas, mencium, atau menepuk area pribadi anak, yaitu bibir, dada, vagina, penis, dan pantat/anus. Area pribadi hanya boleh disentuh anak sendiri, ibu, atau dokter/tenaga kesehatan yang didampingi orangtua. Anak diajari untuk berteriak sekencang-kencangnya, berlari ke tempat yang aman dan ramai, dan minta tolong orang dewasa yang dipercaya seperti orangtua, guru atau polisi saat mengalami pelecehan seksual.