
Oleh: Andry Putra Pratama, S.Psi., M.Psi., Psikolog
ADHD adalah gangguan perilaku yang biasanya menyerang anak-anak, namun juga dapat terjadi pada remaja dan orang dewasa. Attention-Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) ditandai perilaku impulsif, hiperaktif, dan sulit untuk fokus serta konsentrasi. ADHD dibedakan menjadi tiga subtipe berdasarkan gejala yang dominan pada pasien, yakni dominan hiperaktif-impulsif, dominan inantentif, serta kombinasi hiperaktif-impulsif dan inatentif.
ADHD dominan hiperaktif-impulsif ditandai dengan masalah hiperaktivitas dan perilaku impulsif, sementara ADHD dominan inatentif ditandai dengan gejala sulit untuk menyimak atau memperhatikan dengan baik. ADHD kombinasi hiperaktif-impulsif dan inatentif mempunyai gejala hiperaktif, impulsif, dan sulit fokus. Sulit memperhatikan dapat dikenali dari perilaku mudah terdistraksi, pelupa, memiliki masalah dengan keteraturan dan tak menghiraukan lawan bicara. Gejala hiperaktif dapat dikenali melalui perilaku gelisah, menghentakkan tangan atau kaki, sulit mengantre atau menunggu giliran, cerewet, berlari-lari di situasi yang tak tepat, dan tampak selalu bersemangat, sering mengganggu orang lain, menjawab sebelum pertanyaan selesai dilontarkan, dan tidak dapat bermain dengan tenang. Gejala impulsif dapat dilihat pada perilaku berisiko yang dilakukan tanpa memikirkan akibat dan konsekuensinya.
Penyebab ADHD belum diketahui pasti. Risiko terkena ADHD dipengaruhi faktor genetik atau keturunan, kelainan sistem saraf pusat, dan pengaruh kelahiran prematur. Penelitian Leventhal (2018) menunjukkan bahwa remaja yang sering mengakses media sosial seperti mengecek situs media sosial, mengirim pesan singkat, belanja daring, chatting, unggah foto atau video, menonton film serta mendengarkan lagu di internet cenderung memperlihatkan gejala ADHD.
Gejala ADHD dapat dikurangi dengan konsumsi obat, konsultasi dengan terapis, dan menjalankan pola hidup sehat. Gejala ADHD pada anak dapat dikurangi dengan berolahraga, makan makanan sehat dan seimbang, dan tidur yang cukup. Konsumsi obat dan konsultasi ke psikolog klinis atau terapis cognitive-behavioural pendidikan juga bisa dilakukan.
One comment
Dok gigi bawah saya abis di cabut nah sebelahnya itu goyang apakah itu juga harus di cabut atau akan kembali sprti semula tidak goyang lagi atau ada penanganan khusus dok?